assalamualaikum
Minggu, 11 November 2012
TERAPI BERMAIN UNTUK ANAK AUTIS
Penggunaan bermain dalam terapi anak dapat diadaptasi menurut orientasi teori yang dianut konselor atau terapi. Dua pendekatan utama terapi bermain adalah psikodinamika dan client centered. Bentuk terapi bermain dikembangkan melalui pekerjaan Anna Freud dan Melanie Klein; kemudian yang paling dekat diidentifikasikan dengan tulisan Virginia Axline. Ada perbedaan dan persamaan antara dua pendekatan ini.
Terapi bermain berkembang secara perlahan dari usaha awal mengadaptasi psikoanalisis untuk menyembuhkan anak. Sesudah ditemukan bahwa anak-anak tidak dapat menggunakan asosiasi bebas untuk menjelaskan kecemasan mereka. Melanie Klein dan Anna Freud menggabungkan kegiatan bermain ke dalam proses terapeutik. Klein menggunakan permainan sebagai suatu kegiatan dalam menganalisis pekerjaan nyata. Klein melihat arti yang tidak disadari dan simbol seksual dalam sebagian besar kegiatan permainan dan ini diinterpretasikan kepada anak. Sebaliknya, Anna Freud tidak percaya bahwa semua permaianan mempunyai arti simbolik dan karena itu dia menggunakan permainan sebagai dasar untuk menginterpretasi.
Alfred Adler adalah ahli teori pertama yang melepaskan diri dari pikiran psikoanalisis tradisional. Adler lebih menempatkan pentingnya sosial dan dinamika antara pribadi dalam perkembangan kepribadian. Walaupun teori Adler diadaptasi oleh anak-anak dan keluarga mereka, tidak ada model untuk terapi bermain yang ada sampai sekarang. Hottman (dalam Djiwandono, 2005) mengadaptasi teori Adlerian dalam proses dan teknik yang digunakan pada anak dalam terapi bermain, dengan menyusun suatu pendekatan perkembangan yang dapat digunakan dalam berbagai setting. Beberapa teknik terapi bermain Adlerian, seperti tracking, restatement of content, reflection of feeling, and encouragement, dapat digunakan dalam terapi bermain, tanpa memandang orientasi teori terapis. Terapis yang bebas dan terstruktur, seperti yang dikembangkan oleh Levy dan Hambridge (dalam Djiwandono, 2005), memperkenalkan atau menciptakan situasi kehidupan yang menghasilkan kecemasan dalam bermain. Model-model ini ada yang kurang menekankan pada hubungan, seperti terapis mempersiapkan dan mengarahkan urutan permainan yang terstruktur, yang mendorong kebebasan emosional melalui katarsis. Terapi bermain client centered berdasarkan pada kepercayaan terapis dalam memperjuangkan anak secara wajar terhadap kesehatan dan pertumbuhan. Virginia Axline (dalam Djiwandono, 2005) memodifikasi pendekatan client centered (berpusat pada klien) Carl Rogers ke dalam suatu teknik terapi bermain. Model pertumbuhan ini tergantung pada kreasi dari kehangatan dan lingkungan terapeutik yang penuh perhatian dan suatu kepercayaan kepada kemampuan anak untuk memecahkan masalahnya sendiri.
Pada tahun 1960-an Bernard dan Louise Guerney mengembangan teknik pembaruan yang dikenal sebagai terapi filial (yang berhubungan dengan anak). Pendekatan terapi bermain client centered ini melibatkan orangtua yang sudah terlatih dalam mengatr pertemuan tiap minggu untuk bermain dengan anak-anak mereka dirumah. Dalam pertemuan bermain antara orang tua dan anak, anak-anak didorong untuk mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran,dan perasaan kepada orang tua mereka melalui terapi bermain.
Kita menyadari bahwa otak anak autisme seharusnya dapat mempelajari pengalaman positif dari lingkungan hidupnya secara aman dengan melibatkan sensoris tubuhnya secara penuh. Oleh karena itu, terapi bermain yang diterapkan kepada anak autisme tertuju pada penekanan-penekanan terhadap hal-hal berikut.
a) Permainan yang cocok.
b) Sensoris motor.
c) Dilakukan dengan gembira dan berfungsi sebagai wahana hubungan kasih sayang di antara keluarga.
d) Mudah dilakukan, bersifat ekonomis, dan mudah dibuat atau diperoleh.
Terapi permainan yang diberikan kepada anak autisme harus cocok atau sesuai. Yang dimaksud dengan kecocokan atau appropiate adalah semua kegiatan terapi permainan harus diprogram dan dapat dilaksanakan dengan keberadaan anak autisme. Dengan demikian, tugas-tugas yang diberikan sebagai bentuk kegiatan latihan terapi dapat dilakukan secara aman, meningkatkan kesehatan, dan membantu kepuasan diri anak autisme sesuai dengan harapannya.
Ginott (dalam Djiwandono, 2005) salah satu ahli klinis pertama mengembangkan secara rasional dalam memilih mainan, percaya bahwa mainan harus :
a) Memudahkan dalam mengembangkan kontak dengan anak.
b) Membangkitkan dan mendorong katarsis.
c) Membantu mengembangkan insight
d) Melengkapi dalam mengetes realita
e) Sebagai media untuk terjadinya perubahan.
Keberhasilan program terapi bermain sangat ditentukan oleh bagus tidaknya kerja sama terapis dengan orang tua dan orang-orang lain yang terlibat dalam pengasuhan anak sehari-hari. Hal ini berkaitan dengan proses transfer ketrampilan yang sudah diperoleh selama terapi yang harus terus dipelihara dan ditingkatkan dalam kehidupan di luar program terapi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar